Monday 5 July 2010

"3 IDIOT" yang GENIUS



Baru-baru ini, satelah dipaksa berulang-ulang..akhirnya daku menyerah dan menonton juga film 3 idiot, perlu temen-teman ketahui. Saya termasuk ke dalam golongan movie freak yang doyan mengkonsumsi segala jenis film, mulai dari holywood, Indonesia, film-film independen pendek, sampai film-film klasik bulukan (macam gone with the wind, si doel anak gedongan, etc)..tapi dari sekian macam list itu..film india tidak termasuk, entah mengapa menurut saya roman2 di film india gak mecing sama sakali dengan saya, plus joget2 dag jelas yang mendominasi setiap scane film, nampaknya nyanyi2 dan joget2 ini sudah jadi semacam identitas & entitas-nya orang india, orang india selalu bernyai dan joget2 dalam setiap kesempatan ( menurut versi film lho…) ketika sedih mereka joget, ketika senang mereka joget, lagi beol pun sambil joget (macam di salah satu scane 3 idiot), ada orang kawin joget, ada orang cerai joget, tiada hari tanpa joget..

but bukan masalah joget-nya yang ingin saya bicarakan, 3 idiot secara keseluruhan adalah film yang bagus, jalan cerita yang orisinil, plus letupan-letupan emosi yang naik turun (penonton digiring buat tertawa dan kemudian menangis dalam jeda yang singkat), yang terpenting hikmah yang bisa diambil….soal BELAJAR, menonton 3 idiot saya merasakan feel yang sama saat saya menonton laskar pelangi, keduanya mengulas thema yang sama yaitu perjuangan untuk belajar, meski dengan jalan cerita yang berbeda..kalo di laskar pelangi, main ideanya adalah soal melawan keterbatasan dalam belajar (keterbatasan ekonomi), dalam 3 idiot main ideanya adalah perlawanan terhadap sistem yang salah..

Meaning dari belajar adalah proses berubah dari ketidak tahuan menjadi tahu, proses dari buruk ke baik, namun dewasa ini banyak kalangan yang melupakan itu…sekolah bukan lagi tempat belajar, tapi tempat bersaing (lebih gawat bersaing yang tidak sehat), sekolah jadi tempat pembuktian “saya lebih baik dari kalian semua”, di banyak sekolah yang dikejar adalah bagimana mendapat nilai yang lebih baik, mencapai standar yang diinginkan, dan lulus dengan sempurna…bukan lagi soal mencari pengetahuan yang baru, tidak didik untuk berfikir out of the box, melainkan di dikte kebebasan berfikir dan kreatifitasnya, jadilah pelajar semacam beo yang cuma mampu membeokan yang dipelajari, tidak ada kratifitas dan inovasi. Ini terasa di semua jenjang pendidikan, bukan hanya di sekolah dasar, bahkan di perguruan tinggi pun ketara rasanya…

Meski judulnya 3 idiots..jangan salah sangka menafsirkan film ini berkisah tentang 3 orang ber IQ antara 55-69, film ini bercerita tentang 3 orang mahasiswa engineer (rancho, farhan, raju), yang sering dijuluki “idiot” oleh dosen dikampusnya (Imperial College of Engineering)..idiot ini disandang semata karena mereka adalah orang-orang yang berfikir “out of the box”, keadaannya macam einstain yang semula di cap bodoh ketika masih kuliah di Institut Teknologi Swiss.



Adalah Rancchodas "Rancho" shyamaldas Chanchad..manusia brilliant yang diceritakan dalam 3 idiot ini, racho kerap kali mengritik (dengan lelucon tentunya) sistem yang salah di institute tempatnya kuliah, banyak sekali komentar2 si racho yang saya rasa sangat nyentil dalam system pendidikan kita, salah satu scane yang sangat keren menurut saya adalah ketika si racho ditantang untuk oleh si rector. (mr. virus) untuk memberika kuliah tentang mekanika, yang dijawab racho dengan menuliskan dua patah kata di depan kelas, kemudian menantang mahasiswa (termasuk mr. virus) untuk menemukan arti dari kalimat yang ditulisnya tersebut, suasana persaingan dan perlombaan di mulai, semua mahasiswa termasuk sang rektor kebut2 tan membuka segala macam buku buat menemukan definisi kata yang ditulis dan ternyata tak ada yang berhasil, komentar racho di akhir sangat mengena
“ketika semenit yang lalu saya melontarkan pertanyaan..adakah yang berfikir bahwa hari ini kita akan belajar sesuatu yang baru…?...tidak ada..semuanya berlomba, apakah pengetahuan kalian bertambah??tidak..hanya ada tekanan, ini adalah collage bukan pressure cocker ..Di sebuah sirkus kita melihat, bahwa singa-singa di sana adalah “well-trained”(terlatih), tapi tidak “well-educated”(berpendidikan). Saya tidak akan mengajari Anda tentang engineering karena saya yakin dengan kapabilitas Anda. Tapi saya akan mengajari Anda ‘cara mengajarkan engineering’….

Sungguh teman…saya terkesima dengan ucapan racho ini, betapa nyentil dan membuka aib kita dan dunia pendidikan..sungguh benar apa yang diaktakan racho bahwa kuliah telah jadi semacam proses pelombaan, bersaing secapat dan sebenar mungkin dan dapat skor sebesar besarnya….lihatlah ketika nilai ujian keluar,,,pertanyaan yang paling sering keluar “berapo nilai kau ??ato dapat apo…pertanyaan macam ini kawan adalah indikasi betapa belajar sudah bukan lagi bicara tentang hal baru “apakan yang saya dapat??”tapi bicar tentang ”apakah kamu lebih baik dari saya??”..saya tidak munafik teman, sesungguhnya yang samacam itu pun terjadi pada saya, tapi saya saya sadar ini tidak mendidik..dokrine macam ini bakal menndidik kita jadi manusia meterialistik yang Cuma bergerak berdasarkan untung-rugi…

Scane yang lain adalah ketika si racho di Tanya oleh dosennya “what is a machine??”…racho menjawab dengan ringkas “ semua yang bisa meringankan pekerjaan manusia adalah mesin , sir..saat anda gerah, hidupkan kipas, kipas adalah mesin!, anda bisa bicara dengan teman anda dari jarak jauh, Telapon adalah mesin, pak!, mulai dari bolpoin sampai restleting adalah mesin pak” katanya sambil menaik turunkan resleting celamnanya(^^)..wal hasil si racho ditimpuki kapur tulis oleh si dosen
Pertanyaan si dosen kemudian dijawab oleh Chatur a.k.a siliencer (mahasiswa “textbook”, yang cuma menghapal) “machines are any combination of bodies so connected that thier relative motions are constraint. And by which means force and motion maybe transmitted and modified as the screw in its nut or a lever range turnabout a fulcrum or a pulley by its pivot etc. esp a construction more or less complex consisting of a combination of moving parts or simple mechanical elements as wheels, levers, cams etc”…yang kemudian dipuji “exelent” oleh si dosen..

Protespun turun dari racho,,katanya dia “mengutarakan hal yang sama, hanya dalam bahasa yang sederhana, setidaknya kita harus memahaminya, jika hanya meniru buku, apa gunanya pak??”

Bagaiman teman???benar2 situasi yang familiar buat kita khan?”definisi anda harus serupa dengan definisi buku, kalo tidak anda salah”…seringkali kita temui kasus semacam ini, ada dosen yang tidak memberikan ruang bagi mahasiswanya berkreasi, tidak memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memberikan tafsirnya sendiri atas sebuah problem…lantas siap yang salah??

Melihat tokoh fiktif racho ini saya jadi tertarik mebandingkannya dengan tokoh real, si penemu paling produktif sepanjang sejarah manusia, Thomas alva Edison…Edison pun sesungguhnya mengalami problem yang sama dengan racho..keduannya adalah genius yang terkekang oleh sistem pendidikan yang salah, si racho yang selalu di panggil “idiot” oleh dosen-dosennya, dan alva Edison yang dikeluarkan dari sekolah di karenakan nilainya yang dianggap sangat buruk..namum pada akhirnya adakah yang menyangsikan kemampuan keduaanya..racho (versi fiksi), setelah lulus menjadi pengajar & penemu dengan 400 paten temuan atas namanya, sedang alva Edison ( versi real ), setelah dikeluarkan, belajar dan membuat laboratoriumnya sendiri..edison adalah penemu paling produktif yang megang rekor 1.093 paten atas namanya...sekarang jelaslah siapa yang salah…orang orang (yang katanya) “idiot” ini ato sistem men-jugde mereka sebagai idiot??^^..

Terakhir kawan…salah satu pesan yang pengen disampaikan oleh film ini..kehidupan cuma sekali so..Jangan disia2kan ,dengan membiarkan kehidupan kita didefinisikan oleh selembar kertas bernama ijazah dan slip gaji..belajarlah untuk tahu, bukan untuk mengejar angka-angka, jangan menyerah apaun hambatannya..
just like racho say “aal izz well

Share |

Post a Comment

0 Comments:

blogger templates | Make Money Online