Wednesday 18 August 2010

Adaptasi dan "win-win" solution

hari ini, selepas sesi curcol singkat di Lab. Tanah, saya mendapatkan satu lagi kebijakan dari seorang teman yang saya :

" Di dunia ini, ada orang yang harus menemukan kebenaran dengan tangannya sendiri,,,orang tipe ini, tidak perduli bagaimanapun upaya kita buat menasehati. dia takkan paham sempai dia menemukan kebenaran dengan caranya sendiri..so biarkanlah begitu.."

sebaris kalimat yang dia ucapkan itu, nyangkut betul dikepala saya. bukan hanya karena begitu "wish" nya ucapan teman saya itu. Tapi terutama, entah dia sadar atau tidak,teman saya telah menerapkan sebuah konsep "solving problem" paling klasik dan paling ampuh di muka bumi, adaptasi . .


kadang kala sering kita temukan situasi, dimana kita mencoba meluruskan sesuatu yang salah pada seseorang, namun mentok karena begitu mem"batu"nya orang tersebut memegang konsepnya. di sini, alih-alih berkeras menanamkan dokrin yang benar, teman saya tersebut justru mengambil jalan yang memutar.."biarlah dia melakukan apa yang dianggapnya benar, dengan begitu lambat laun, dia sendiri yang akan menyadari bahwa tindakannya itu salah...",

kemampuan untuk memilah-milah, "harus bersikap bagaimana menghadapi orang yang bagaimana" itulah yang membuat saya kagum, teman saya telah ber-adaptasi dengan sangat baik, dia sukses menjadikan dirinya begitu flexible, tetap memegang ke-idealis-annya serta turut menuntun orang lain kedalam ke-idealisannya itu tanpa menjadi orang yang di benci.

saya jadi teringat cerita ibu saya , beliau pernah bercerita. . .

dulu..saya ketika masih jalan dengan memakai empat kaki (baca : merangkak), saya ini bandelnya minta ampun..merayap kemana-mana tanpa bisa dicegah, yang paling bahaya kalo lagi main ke rumah nenek yang rumahnya bertingkat (3 tingkat ).

si ricky "bocah"selalu mencoba buat melakukan aksi berbahaya dengan berusaha merangkak naik tangga, wal hasil emak saya yang jadi pusing. semakin di bilang "jangan", ricky bocah semakin bandel. kembali mencoba merangkak naik ketika emak lagi meleng. .

emak saya kemudian putar akal, kali ini dia tidak mencegahsaya merangkak ke atas, dia membiarkan. namun tatap "stay" di sebelah saya, antisipasi kalau2 saya terjatuh. saya pun merangkak sampai ke atas.

sesaampai di atas barulah kemudian ibu bilang "nak, sudah nyampai di atas, tinggi kan ??nah lain kalijangan naik-naik lagi, bahaya kalo jatuh..."

ajaib, sesudah itu, ricky "bocah" tidak pernah mencoba buat merangkak menaiki tangga lagi,, :)

tindakan ibu, mirip seperti yang diambil teman saya di atas.alih-alih melarang, atau teriak sambil marah-marah, ibu saya membiarkan saja,namun tetap berada di sebelah saya sebagai "bodyguard", sembari memberi "pengetian". efeknya ternyata jauh lebih baik. flexibelitas ternyata memberikan win-win solution, rasa penasaran saya terpuaskan sekaligus jadi paham kalau perbuatan yang saya lakukan tersebut berbahaya.

Adaptasi adalah penting, tidak selamanya yang "keras" harus disikapi dengan "keras" juga,,adakalanya mengalah bisa jadi solusi yang ampuh. seperti diucap orang bijak "jadilah seperti ikan, ikan laut tidak akan menjadi asin walau hidup di air asin, begitu pula ikan tawar rasanya tidaklah tawar walau hidup di air tawar."


nb : konsep win-win solution pertama kali dicetuskan oleh salah satu matematikawan favorit saya, john nash ( lebih lanjut liat : http://id.wikipedia.org/wiki/John_Forbes_Nash ), mungkin asyk mengkaji konsep win-win solution ini secara tersendiri di laen kesempatan . . :P

Share |

Post a Comment

0 Comments:

blogger templates | Make Money Online