Friday, 9 July 2010

Rapor Anggota Dewan...



Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu "setuju......"

***

Lirik lagu diatas tentulah familier di telinga kawan-kawan, lagu “surat buat wakil rayat” ini menjadi semacam representasi harapan semua rakyat Indonesia terhadap orang-orang terpilih yang mewakili dan menjadi penyambung lidah mereka di senayan sana..namun bagaimanakah kinerja “wakil rakyat” itu selama ini..??, seudah baikkah atau Cuma seperti yang oom iwan bilang “..Hanya tahu nyanyian lagu "setuju......"
Beberapa bulan yang lalu saya nonton acara “Mata Nadjwa” di metro tv, semula gak sengaja saja melihat acara tersebut (berhubung saya adalah fans-nya nadjwa shihab^^). Namun setelah selesai nonton sampai habis, saya jatuh kecewa sedalam-dalamnya. Mungkin sering kita dengar, rahasia umum tentang bobroknya para anggota lembaga yang terhormat ini. Namum dalam acara tersebut. Yang kesannya cuma acara yang dikemas ringan + humor-humor-nya. Keliatan sekali betapa tidak kompetennya angota lembaga “terhormat” yang katanya merupakan “orang-orang terpilih” ini.Dalam acara tersebut, para anggota dewan ini di razia oleh kru “mata nadja” kemudian ditanya berbagai pertanyaan seputar basic pengetahuan mereka buat menjalankan “tugas mulia” yang bakal meraka pikul untuk 5 tahun kedepan. Ironis terjadi, ketika para “manusia Indonesia terpilih” ini, ditanyai berbagai pertanyaan teknis, semacam :

“maaf pak…bapak tahu nggak hak-hak anggota dpr..???”,
Saya sangat kaget, campur sedih, campur mau ketawa ketika lebih dari 50% yang dilontarkan pertanyaan sama sekali tidak bisa jawab. Ato jawab dengan jawaban khas orang bego buat ng-les “waduuuhh..saya lupa, tapi dulu saya inget kok…”. Ato yang lebih parah lagi, muncul juga jawaban orang bego yang sok-sok pinter “yach kalo hak-hak anggota DPT yang saya tahu antara lain yach hak buat dapat gaji, hak rumah dinas, hak tunjangan, etc….”,

mendengar itu , sungguh saya merasa malu teman…malu semalu-malunya, malu yang kemudian berganti sedih. Dalam logika saya, bagaimana mereka mau melaksanakan fungsi mereka sebagai penyambung lidah kita, jikalau hak-hak mereka yang seharusnya menjadi amunisi utama buat menjalankan fungsi itu, boro-boro ngerti maknanya, tahu aja enggak..saya (bukan sombong) yang notabenya rakyat jelata biasa, gak bersinggungan & gak tertarik dengan dunia politik (karena Cuma sebatas mengikuti ) saja tahu kurang labih perihal hak-hak (hak interpelasi, hak angket, hak menyatakan pendapat, hak mengajukan RUU, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak imunitas, ampe hak protokoler) itu saat kelas 2 sma (dalam pelajaran ppkn) , ditambah lagi belakangan ini ramai dibicarakan, muncul di tv , muncul di Koran tentang “hak angket” dan “hak menyatakan pendapat” *(terkait kasus bank century) Yang emak saya saja tahu kurang-lebih artinya, bagaimana mungkin mereka, yang bersinggungan langsung dengan “tugas mulia” ini bisa sampe nggak tahu. Saya jadi curiga. Jangan2 golongan2 yang gak tahu ini cuma nonton gossip & infomainment saja..^^,,

masalah keseriusan menjalankan tugas jg layak dipertanyakan, semula sih saya gak sadar. Tapi mendengar emak saya yang nyeletuk ketika seorang artis lawak (gampangnya, kita ibaratkan epe) yang telah resmi dilantik jadi anggota DPR, malah muncul tiap hari di tv membawakan acara kuis (sekedar info, saudara epe ini termasuk yang tidak tahu ketika ditanyai masalah “hak-hak” kemaren). Celetukan emak spontan & lugu saja “lho si epe ini, kok masih sempat2nya tiap hari syuting acara cak ini. Bukannya lah jadi anggota Em Pe eR (emak tertukar antara MPR dan DPR^^),payo urusilah bae apo..gawean dio sebagai wakil rakyat,”

komentar emak (yang lugu & spontan saja), membuat saya berfikir. Tentu sah-sah saja, orang dari golongan artis buat ambil bagian dlam dunia perpolitikan, toh mereka manusia Indonesia juga yang berhak buat memilih dan dipilih, tapi apakah mereka sudah siap dgn konsekueansianya, termasuk terjun ke dunia politik ini secara total dan meninggalkan segala aktivitas & embel-embel keartisannya, Harusnya mereka (termasuk teman kita epe). Bisa mawas diri, “ini adalah tanggung jawab yang berat, menyangkut hajad hidup orang banyak..sudah siapkah saya menerima konsekensinya..sudah cukup berkompetensikah saya??”.

beginilah imbas jika menggap tugas sebagai anggota dewan sebagai jalan buat cari untung,” berapa modal yang bisa anda keluarkan, partai mana yang mau menampung anda??trus kalo udah jadi, bagaimana duit yang anda investasikan bisa kembali dengan untung sebesar-besarnya”…anggota parlemen, yang hak-haknya aja nggak tahu, pastilah jadi semacam “boneka partai ” yang cuma nurut dan membeokan suara partai,. Jika partai bilang A dia jawab A, partai bilang B dia bilang B. tanpa harus repot-repot paham apa yang di beokan, yang penting gaji jalan trus, tunjangan dapat terus & bisa nge-job jadi pembawa acara kuis kalo DPR gak lagi bersidang^^



Mungkin ada benarnya ucapkan mantan presiden RI ke-4, gusdur yang bilang kalo “DPR adalah serupa taman kanak-kanak”, kalo taman kanak-kanak, maka isi jadi selevel dengan anak-anak TK. Anak TK adalah anak balita yang usianya masih dalam tahap perkembangan. Mereka ingin tahu banyak hal dan menyampaikan juga banyak hal. Kadang mereka taat dengan aturan yang ditetapkan sang guru atau orang tua, tapi tak jarang mereka liar, mengikuti alur pikirannya ke mana dia harus bertindak dan beraktivitas.
Pada masa inilah, anak ingin dilihat eksistensinya, egoismenya tinggi dan ingin dilihat selalu berhasil dan dipuji. Pada masa inilah mereka banyak belajar bernyanyi dan berbicara semaunya sendiri. Sederhananya, anak TK itu memang ada dalam masa pertumbuhan manusia yang paling dasar setelah selesai belajar bicara. Jikalu benar begitu, alangkah sedihnyaT_T

Lantas kawan..siapa yang pantas disalahkan, kalau saya diminta menjawab. Maka saya akan jawab bahwa semua pihak telah ikut berprestasi dalam penurunan mutu lembaga ini, mulai dari calon anggota yang tidak introspeksi diri, materialistis, dan jauh dari idealis. Parpol yang mau-mau saja mencalonkan manusia yang nggak kompeten, system rekruitmen partai yang cuma menilai calon sebatas nilai-nya jual pada publik, cuma mengandalkan popularitas, sampe kita-kita yang mau-mau-nya nyoblos mereka, tanpa mengenali dulu “orangnya” ….
Kalau saja semua mau berbenah, bukan mustahil parleman bakal dipenuhi orang-rang yang seperti diinginkan iwan fals & kita semua, “ kumpulan orang hebat”, Yang “Di hati dan lidahnya kita semua berharap”, yang “seharusnya merakyat”, dan utamanya “tidak tidur waktu sidang soal rakyat”…^^

*****
Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Di sana, di gedung dpr

Wakil rakyat kumpulan orang hebat
Bukan kumpulan teman teman dekat
Apalagi sanak famili

Di hati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam

Di kantong safarimu kami titipkan
Masa depan kami dan negeri ini
Dari sabang sampai merauke

Saudara dipilih bukan dilotre
Meski kami tak kenal siapa saudara
Kami tak sudi para juara
Juara diam, juara he'eh, juara ha ha ha......

Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu "setuju......"


Share |

Post a Comment

0 Comments:

blogger templates | Make Money Online