Tuesday, 6 July 2010

Konsep Bekerja...

Sebelum mulai ke pokok permasalahan, daku ingin mengenalkan "seseorang" kepada kalian semua kawan, orang ini secara de facto bisa dibilang dia adalah penunnggu rumah kami juga. dia makan dan tidur di rumah, juga sering menemani saya bikin tugas ato online kalo dikamar (untung gak beol di kamar saya). tapi secara de jure dia jelas tidak termasuk kedalam penunggu rumah karena dia adalah seorang (lebih tepat tentu kalo disebut seekor) KUCING…^^




Adalah Nunung, teman namanya..kucing piaraan saya yang berbulu kuning dan bertubuh gendut ini..jangan langsung menafsirkan nunung berjenis kelamin wanita dari namanya saja..sesungguhnya nunung adalah pejantan, pejantan tangguh malah, dia di beri nama seperti itu karena tergolong kucing yang cerewet, doyannya ngeong siang-malam, nunung adalah penyebab utama ribut dirumah kami, selain teriakan emak kalo saya melempar-lempar pakaian sembarang tempat, dan suara music yang diputar keras-keras di kamar, karena kecerewetannya dan kebetulan saat itu kami nonton opera van java, yang lagi ada scene nunung teriak-teriak sama si azis, jadilah kami namai nunung. Wal hasil setelah kami tahu kalo nunung berkelamin jantan, dan coba merubah nama-nya si nunung malah gak mau muncul kalo di panggil selain dengan nunung

Si nunung emang lucu, tingkahnya sering bikin ketawa keluarga di rumah. Setelah hamper tujuh bulan di rumah, rasanya pagi kurang lengkap kalo belom maen-maen samo nunung, namun yang menjengkelkan ketika nunung selalu digunakan oleh ortu saya sebagai parameter buat meng-olok2 anaknya yang ganteng ini.

ketika saya makan dan gak membereskan piring makan saya (kebiasaan), emak nyeletuk..”dasar berantakan, nunung bae biso rapi kalo makan :P”

…ato ketika si nunung asik memadu cinta dengan kucing tetangga di luar rumah, ayah nyeletuk, “ooii, bujang..tengoklah…si nunung lah punyo pacar, kau be belom,,:p” ,

yang paling sering adalah celetukan emak ketika saya seharian bermalas-malas browsing di depan computer ato kerjanya cuma guling-guling sambil baca buku di kamar..”kau neh, KERJA kau malas-malasan tulah,,,dak katek beda samo si nunung”..

Eemm beginilah teman..sungguh dilemma menjadi manusia, kompleksitas manusia membuat dirinya menjadi mahluk yang serba kompleks, saya gak bisa maen tembak cewek yang saya suka, seperti yang sering nunung lakukan dengan korban-korbannya, nunung juga gak direpotkan dengan segala macam urusan saya, nunung gak perlu ngejar ipk, nunung gak perlu repot-repot kuliah, nunung gak perlu pake baju, nunung gak perlu cemburu saat cewek yang disuka juga ditaksir orang laen (^^..uuppsss… :P).

skema hidup nunung sederhana saja, kerjanya Cuma makan-maen-tidur-ngorek belek-trus sesekali ngapel ke rumah tetangga, tapi buka itu yang ingin saya garis bawahi di sini. Yang mau saya bahas di sini adalah (sesuai judul) tentang “KONSEP DARI BEKERJA”
Kasus ketiga, antara saya dan nunung ( yang soal kerja saya yang cuma malas-malasan), membuat saya perfikir ulang tentang konsep dari kerja sendiri, apakah yang saya lakukan selama ini, dapat di bilang bekerja (terlepas dari masalah upah ato tidak di upah), trus yang dilakukan si nunung (sesuai kapasitasnya sebagai kucing), apakah juga bisa dikatagorikan sebagai kerja.?

Saya temukan referensi tentang kerja ini dati sebuah buku. Disana ditulis definisi bekerja menurut Harbert Applebaum, Seorang antropolog, memengatakan kalo “Bekerja adalah Aktifitas produktif yang mengakibatkan perubahan fisik dan social pada lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia” .

Dari definisi ini, apa yang dilakukan nunung (makan-maen-tidur-ngorek belek) tidak dapat digolongkan sebagai bekerja, bukan hanya karena tidak ada “aktifitas produktif”, tapi juga karena nunung tidak tergolong sebagai manusia^^.

Saya sering gamang teman, ketika melihat ktp, atau disuruh mengisi form yang ada tulisan pekerjaan : ……….., saya sering merasa rancu ketika mengisi kolom pekerjaan tersebut dengan kata-kata, pelajar ato mahasiswa, saya bertanya-tanya dalam hati, dapatkah kegiatan belajar yang saya lakukan tersebut (baik di tingkat dasar ataupun di tingkat perguruan tinggi) dapat dikatagorikan bekerja. Ini terjadi, karena telah ada semacam mind set dalam benak saya, bahwa yang namanya bekerja itu selalu mendatangkan output yang disebut penghasilan, atau kasarnya disebut upah ato gaji. Petani, nelayan, PNS, pemain bola, bisa dikatan pekerjaan karena ada output poenghasilan dari apa yang mereka lakukan. Lantas bagaimana dengan pelajar dan mahasiswa?

Namun berdasarkan pendapat pak Harbert barusan, pandangan saya menjadi semakin luas. Bekerja tidak hanya mengacu ke upah, melainkan dianggap aktivitas produktif yang outputnya adalah terpenuhinya kebutuhan manusia. Pelajar/ mahasiswa yang utamanya adalah belajar, tentu memenuhi kriteria-kriteria yang disebut di atas. Belajar adalah kegiatan produktif, dibilang prodiktif karena ada hasil yang bersifat membangun dari belajar ini. Dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari buruk menjadi baik. Dan belajar juga memenuhi salah satu kebutuhan utama manusia yaitu kebutuhan akan pengetahuan. Pemenuhan kebutuhan belajar ini juga bersifat timbal balik, karena semua pihak yang terkait dalam aktifitas belajar ini terpenuhi kebutuhannya, ato dalam bahasa biologinya disebut simbiosi mutualisme.



Lantas bagaimana pula dengan yang dilakukan oleh pemalak-pemalak liar ato aksi premanisme yang marak dilakukan belakangan ini? Dapatkah masuk katagori bekerja juga??
Sudah jadi rahasia umum kalo Negara kita tercinta ini dipenuh dengan aksi premanisme, contoh kasus seperti yang sering teman saksikan kalo bepergian naik bus Palembang-layo, di tempat-tempat anrian bus, sopir-sopir bus gak pernah luput dari aksi pemalakan liar yang dilakukan sejumlah preman, begitu pun di pasar-pasar tradisional, kegitan palak-memalak ini sudah jadi semacam kelumrahan yang wajib ada. Untuk menjawab pertanyaan di awal paragraph, maka kita kembalikan lagi ke definisi oom Harbert. Mungkin benar pemalak macam ini termasuk ke dalam aktivitas yang memberikan dampak fisik dan sosial dalam lingkungan (kendati dampak positif), numun adakah kebutuhan orang lain yang dipenuhinya?? Pemalak ini bisa saja berdalih “mereka memberikan rasa aman sebagai timbal balik uang yang mereka terima”. Tapi bukankah ancaman terhadap rasa aman tersebut justru muncul dari mereka sendiri, >_<

Sesungguhnya kalo kita mau buka mata, di begitu banyak kesalahan persepsi tentang “kerja” ini di masyarakat . dalam banyak sekali kesempatan, acapkali kita temui manusia yang begitu egois, tidak mau berusaha namun mau menerima hasil. Saya rasa terlepas dari dari Agama yang dianut, konsep bekerja yang benar adalah aktivitas yang menjadi sarana bagi manusia untuk menciptakan eksistensi dirinya menjadi lebih berarti, kita hanya berhak memperoleh imbalan bila telah memberikan nilai tambah pada mereka yang menikmati hasil kerja kita…

Buat penutup teman..aku lapirkan quote dari sebuah artikel tentang makna bekerja..^^
MAKNA BEKERJA : :-?
1.Bekerja adalah RAHMAT, artinya bekerja tulus penuh syukur.
2.Bekerja adalah AMANAH, artinya bekerja benar penuh tanggung jawab
3.Bekerja adalah PANGGILAN, artinya bekerja tuntas penuh integritas.
4.Bekerja adalah AKTUALISASI, artinya bekerja keras penuh semangat.
5.Bekerja adalah IBADAH, artinya bekerja serius penuh kecintaan.
6.Bekerja adalah SENI, artinya bekerja cerdas penuh kreativitas.
7.Bekerja adalah KEHORMATAN, artinya bekerja tekun penuh keunggulan.
8.Bekerja adalah PELAYANAN, artinya bekerja paripurna penuh kerendahan hati.
9.Bekerja adalah REKREASI YANG DIBAYAR, artinya bekerja penuh kebahagiaan.
10.Bekerja adalah RESIKO, artinya bekerja penuh ikhlas & sabar.
11.Bekerja adalah DAKWAH, artinya bekerja saling ASAH, ASUH & ASIH.

Share |

Post a Comment

0 Comments:

blogger templates | Make Money Online